Senin, 03 November 2014

Me As Your Child

    Dear Slebogger, mungkin di bulan Oktober gw banyak ngeposting. Mmm, gak tau penyebabnya apa? Tapi yang pasti, gw ngeposting karena banyak kegundahan dalam hati gw, serius ini dramatis. Jadi hati gw hari ini sedang bertanya-tanya. Kenapa orang sering menuntut?. Entah itu orang tua, teman, dan yang lebih parahnya pacar. Beneran, kita sendiri mungkin gak sadar kita sudah menuntut orang lain sesuai apa yang kita inginkan. Contoh, gw pernah bilang keteman kalau dia harus rajin mandi, biar badan lo gak burik, misalnya. Tapi gw gak pernah berpikir kalau di balik dia gak mandi mungkin dia alergi air, atau alergi bersih.
http://klikdokter.com/uploads/rubrik/gigi/slide_images/Mengajak_anak_9.jpg

    Contoh kayak gitu mungkin sepele, cuman tuntutan yang paling berat mungkin ada di tangan orang tua. Keadaan seperti ini beneran terjadi di dunia nyata. Gw gak tau apa yang dipikiran orang tua, karena memang gw belum pernah menjadi orang tua. Yang sekarang gw pikirin adalah, kenapa orang tua 'menyuruh' anaknya menjadi seperti apa yang diinginkannya. Kemana hak dan kewajiban anak?. Ok lah mungkin agak belibet kalau ngomongin masalah hak dan kewajiban anak. Mungkin bisa gw libatkan masalah kasih sayang dan pengertian.
    Di dalam hati seorang anak, mungkin ada rasa membangkang atau mengabaikan perintah orang tua. Tapi apakah orang tua berpikir, kenapa anak memiliki rasa 'pembangkang' atau 'pengaibaian' tersebut?. Apakah orang tua menyadari kalau sifat dan sikap tersebut datang darimana?. Kalau jawabannya, sikap 'negatif' itu datang dari lingkungan luar, seperti sekolah, atau teman-temannya, berrti orang tua tersebut tidak menseleksi bagaimana sekolah yang baik dan memberi pengertian teman-teman baik seperti apa?. Kalau jawaban bukan berasal dari lingkungan luar, contoh sekolah bagus, teman-teman yang positif, apakah orang tua menyadari kalau sikap 'negatif' mungkin datang dari dirinya. Bagaimana jika orang tua tersebut, pernah melakukan sikap negatif, tanpa menyadari bahwa anak telah menirunya. Gw ngomong kayak gini, seperti gw memojokkan orang tua. Sungguh gw bukan bermaksud begitu. Karena gw gak ngerti dan butuh pengertian bagaimana hidup yang baik bersama orang tua.
    Belum ditambah dengan usur 'agama'. Seperti misalnya kamu bakal berdosa kalau kamu membantah perintah orang tua. Gw bukan menyebutkan hal tersebut salah. Tuntutan tersebut 100% benar, dan sesuai dengan ajaran islam. Tapi gw masih bertanya, apakah menuntut dengan mengancam hal-hal berdosa oleh orang tua adalah perbuatan yang benar?. Misalnya seorang anak diperintahkan menikah dengan seorang pendamping, dimana 'pendamping' tersebut bukan seseorang yang baik dimata anak. Gw juga masih berpikir, bukankah ada ungkapan doa anak yang sholeh, yang dapat membawa kita ke akherat?. Lalu bagaimana jika anak mengancam hal serupa kalau dia tidak ingin mendoakan orang tuanya?.
    Pantas tidak pantas, memang sangat tidak pantas kalau memperdebatkan sesuatu yang sudah hakiki yang ada didalam diri orang tua. Hanya bagaimana dengan anak?. Bagaimana dengan anak yang semisal sedang ketakutan karena orang tuanya yang kasar dan bersikap sewenang-wenang?. Apakah tuntutan dan ego orang tua, menjadi tersangka dengan korbannya adalah kepentingan anak.
    Really, cerita, pertanyaan dan opini di atas merupakan buah pikir yang ada di dalam otak gw. Dan kenapa gw nulis kisah tentang tuntutan dari orang tua, karena gw memang melihat realita. Dari kehidupan gw, teman, kerabat atau masyarakat. Mirisnya jika melihat di TV atau saluran berita lainnya, hal-hal seperti ini banyak terjadi, berkembang menjadi negatif. Apakah orang tua tidak pernah menjadi seorang anak?. Mungkin hanya berbenah diri sendiri serta respek kepada orang, tanpa mengingat usia atau jabatan, akan membawa pribadi kita menjadi seseorang yang berarti bagi kehidupan. (Maaf jika sebelumnya postingan ini dianggap vulgar dan menentang dari norma. Postingan ini hanya untuk berbagi cerita dan opini yang ada dalam pikiran saya).
http://gsja.org/wp-content/uploads/2012/04/DOTS-happy-family-cartoon-300x300.gif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar